Kadang
ingin sangat aku melihatmu pulang, Ayah
Setidaknya kubanyangkan suatu senja
Aku dapat mengusap wajahmu yang penuh peluh
Ketika saat kau memberiku sebuah cermin yang lusuh
Aku dapat mengusap wajahmu yang penuh peluh
Ketika saat kau memberiku sebuah cermin yang lusuh
Aku
ini memang selalu merindukanmu untuk pulang
Tapi saban kali aku membayangkan wajahmu
Aku hanya melihat diriku di cermin itu
Dengan wajah yang membangkai, dan mata yang nanar
Tapi saban kali aku membayangkan wajahmu
Aku hanya melihat diriku di cermin itu
Dengan wajah yang membangkai, dan mata yang nanar
Aku
tak dapat lagi menghitung
Berapa kali lagi hembusan angin laut akan menabrak wajahku
Sehingga aku harus merapikan rambut yang kusut
Memegangi cermin, sambil memantulkan terik cahaya ke penjuru laut
Berapa kali lagi hembusan angin laut akan menabrak wajahku
Sehingga aku harus merapikan rambut yang kusut
Memegangi cermin, sambil memantulkan terik cahaya ke penjuru laut
Aku selalu menunggumu sampai larut
Meskipun aku tahu bahwa angin laut malah membuatmu jauh
semakin jauh
Meskipun aku tahu bahwa angin laut malah membuatmu jauh
semakin jauh
Sampai kudengar kabar dari laut
Saat ibu menghempaskan cermin itu hingga berserakan
Tubuhmu tenggelam dan hilang di arus mahadalam
Arwahmu menjelma pusaran air berwarna hitam
Dan aku tak percaya, maka aku menyelam
Ntaps
BalasHapus